Kategori
teologi

Nebu dan Yahweh


Oleh Hali

Kali ini kita sampai pada kitab Daniel pasal 1. Silahkan dibaca dua ayat awal saja, ayat 1 dan 2! Cobalah baca berulang-ulang paling sedikit tiga kali!

Sesudah membaca beberapa kali, penulis tidak tahu apa yang terpikir. Apakah Anda memikirkan Maharaja Nebukadnezar? Atau mata Anda tertuju ke Yoyakim? Mungkin ada pula Anda yang memperhatikan perkakas-perkakas di rumah Tuhan.

Dalam terjemahan bahasa Indonesia, Daniel 1:1-2 dibagi menjadi tiga kalimat. Ayat 1 hanya satu kalimat sementara ayat 2 terdiri dari dua kalimat.

Kalimat pertama, Nebukadnezar menjadi subjek utama. Raja Babilonia ini datang ke Yerusalem, pada tahun ketiga pemerintahan Yoyakim. Raja Nebukadnezar mengepung kota Yerusalem.

Kalimat kedua, Tuhan menyerahkan Yoyakim kepada Nebukadnezar. Selain itu, sebagian dari perkakas-perkakas juga diserahkan Tuhan kepadanya. Tokoh utama di sini jelas adalah Tuhan.

Kalimat ketiga, Nebukadnezar membawa perkakas-perkakas itu ke tanah Sinear. Barang-barang berharga itu dimasukkan ke dalam rumah dewanya. Di sini, tokoh utama adalah Nebukadnezar.

Bapak Ibu Saudara-Saudariku sekalian, siapakah pemeran dalam kedua ayat ini, dalam ketiga kalimat ini? Di satu pihak, subjek terletak pada diri Nebukadnezar. Di lain pihak, peran berada pada tangan Tuhan. Bagaimana persoalan ini dapat dijelaskan?

Marilah kita mencermati perkara ini bersama-sama! Raja Nebukadnezar menjadi pelaku. Dialah yang melaksanakan pengepungan. Dia berhasil mengalahkan Yoyakim. Dia pula yang membawa sebagian perkakas ke tanah Sinear.

Pada sisi lain, Yahweh yang menyerahkan Yerusalem. Yahweh menyerahkan sebagian perkakas itu. Yahweh yang berinisiatif dan memegang kendali atas semua itu.

Lantas kalau begitu, siapakah pelaku utama dalam ketiga kalimat ini? Yahweh ataukah Nebukadnezar?

Pada satu pihak, Manusia memimpikan. Manusia membuat perencanaan. Manusia bekerja keras untuk mewujudkan rencananya. Di pihak lain, Tuhan berkarya di belakang semua itu. Tak ada suatu pun terjadi tanpa diketahui dan direstui oleh-Nya.

Dalam kejadian ini, rencana dan serangan Babilonia diizinkan oleh Yahweh. Di balik semua rencana dan serangan dari Babilonia, Tuhan tetap memegang kendali. Dapat kita katakan bahwa Tuhan tetap berselancar dengan leluasa di atas gelombang lautan yang bergelora dan di antara kapal-kapal yang sedang berseliweran. (TTH)

Tinggalkan Balasan