Kategori
Pendidikan Potret kehidupan

Bayi Beruntung dan Buntung


Oleh Hali

Dihitung sejak Maret 2019 virus Corona telah merebak satu tahun dan tujuh bulan. Ini kondisi yang berlaku di Indonesia. Berhitung lebih awal, yakni akhir desember 2019, berarti sudah setahun sepuluh bulan. Begitulah kondisi Pandemi kali ini di dunia.

Tak sedikit bayi atau kanak yang lahir dalam masa ini. Mereka meliputi yang lahir sebelum (menjelang) dan pada waktu Pandemi terjadi. Ada apa dengan kanak dan bayi tersebut?

Bayi-bayi ini sebagian beruntung. Bayi-bayi sebagian lagi buntung. Mengapa dapat dikatakan demikian? Marilah kita mencermatinya bersama-sama!

Masa Pandemi Corona, sebagian besar orang harus bekerja dari rumah. Kita berkenalan dengan frase Working From Home, disingkat menjadi WFH. Mereka mempunyai anak  dan bekerja dari rumah.

Tak hanya WFH, tak sedikit orang bahkan bernasib no job in home. Mereka kehilangan pekerjaan, bisa jadi kena PHK massal. Tak sedikit yang mau tak mau mengganggur sementara ini. Mereka mempunyai anak dan berada di rumah.

Tak sedikit keluarga yang melahirkan bayi menjelang dan dalam masa Pandemi. Mereka ini tergolong beruntung. Bayi-bayi mereka beruntung. Setiap hari dapat ditemani oleh orang tua sendiri. Ayah dan ibunya sekaligus. Orang tua mempunyai cukup banyak waktu bersama bayi-bayinya.

Inilah bayi-bayi yang beruntung. Mereka berada dalam usia 0 sampai 2 tahun. Mereka ditemani dan diawasi nyaris dua belas jam oleh orang tua sendiri. Bayi-bayi yang beruntung dalam pemantauan orang tua. Semoga mereka bertumbuh dengan sehat: jasmani, psikologis dan rohani

Pada waktu yang sama, terdapat pula kondisi sebaliknya. Masa Pendemi, terdapat orang-orang yang harus bekerja ekstrakeras. Pekerjaan mereka bertambah-tambah. Jam kerja mereka berlembur-lembur. Dokter, mantri, suster dan sejenisnya berada dalam kondisi sulit ini. Mereka adalah para tenaga kesehatan. Beban kerja nakes semakin berat dan ektraresiko dalam masa Pandemi ini.

Di luar nakes, masih banyak lagi. Kepolisian dan militer pun perlu terjung ke lapangan. Pengurus rumah duka, krematorium, pembuat peti mati dan penggali kubur ekstrakeras bekerja memenuhi kebutuhan masyarakat dan korban-korban Covid-19.

Bagi orang tua yang nakes, polisi, tentara, penggali kubur, pengurus rumah duka, pengrajin peti mati, pegawai krematorium mau tak mau akan meninggalkan rumah. Banyak waktu harus berada di luar rumah. Maklumlah, mereka sedang menghadapi peak season!

Akibatnya, bayi-bayi mereka menjadi buntung. Orang tua mereka harus banyak waktu tak bersama mereka. Bayi-bayi mereka harus ditinggalkan pada orang lain. Bayi-bayi mereka menjadi jarang sekali bertemu dengan orang tuanya. Sungguh, bayi-bayi yang sedang buntung. Kasihan mereka!

Bapak Ibu Saudara-Saudariku sekalian, inilah salah satu dampak wabah Corona. Sebagian bayi mendapatkan keberuntungan. Sebagian bayi lagi mengalami kebuntungan. Di tengah-tengah situasi kondisi sedemikian, apakah yang dapat kita perbuat? Pikirkanlah ini! Ambillah tindakan! Semoga semakin banyak bayi yang beruntung. Semoga semakin sedikit bayi yang buntung.

2 replies on “Bayi Beruntung dan Buntung”

Tinggalkan Balasan