oleh Hali
Kita mengenal adanya dialek Hakka. Sebutan lain adalah bahasa khek. Dalam bahasa Mandarin sering disebut kejia hua 客家话 (dialek kejia). Bahasa atau dialek apa pula ini? Marilah kita menelusurinya!
Di Nusantara, sebagian besar orang Tionghoa di Pulau Bangka dan Belitung berbicara dalam dialek kejia. Hal serupa kita temui di Singkawang dan sebagian dari Pontianak. Selain tempat tersebut, terkadang kita masih bias menemukan sedikit orang-orang yang berkomunikasi dalam dialek Kejia.
Di Daratan Tiongkok, dialek Hakka dapat kita temukan di daerah Meixian. Meixian terletak di bagian timur laut dari propinsi Guangdong, berbatasan dengan propinsi Hunan dan Fujian.
Penulis pernah berkunjung sekitar seminggu ke Meixian, khususnya di pusat pemerintahan daerah itu yang bernama Meizhou. Di sana saya mengajar lima hari dari pagi sampai sore. Bahasa atau dialek masyarakat di orang-orang Meizhou relatif sama dengan dialek Hakka di Tanah Air. Makanan orang-orang di Meizhou pun relatif sama dengan makanan orang-orang Hakka di Indonesia. Tidak sedikit orang-orang Hakka di Indonesia berasal dari daerah Meixian, di mana kakek nenek atau pun leluhur mereka berasal dari sana.
Pada masa kecil, kami berbicara dialek Hokkian di Jambi. Saya tak memahami dialek Hakka. Kalau mau dipaksakan juga, paling-paling hanya dapat mengerti 10% saja. Sesudah saya belajar bahasa Mandarin dan lumayan lancer, saya mendapati bahwa diri saya mulai mengerti bahasa Hakka.
Beberapa kali saya pernah berceramah dalam bahasa Mandarin lalu diterjemahkan ke dalam dialek Hakka. Penerjemah mengucapkan dengan kata dan nada yang banyak kesamaannya dengan bahasa Mandarin. Rupa-rupanya memang dialek Hakka memiliki derajat kesamaan dengan bahasa Mandarin yang sangat banyak.
Kita coba menelusuri sejarah. Orang-orang yang berkomunikasi dalam dialek Hakka tinggal di selatan Mainland, yakni bagian timur laut dari propinsi Guangdong. Dahulu mereka bukanlah orang-orang setempat. Itu sebabnya mereka disebut sebagai Kejia oleh masyarakat Guangdong. Kejia berarti keluarga pendatang. Artinya, orang-orang Kejia merupakan pendatang ke propinsi Guangdong.
Menurut catatan sejarah, orang-orang Kejia dahulunya berpindah dari Xi’an ke selatan sampai tiba di Guangdong. Pada dasarnya mereka adalah orang-orang China bagian utara. Tak heran bahwa dialek Kejia mempunyai banyak kesamaan dengan bahasa Mandarin.
Bapak Ibu dan Saudara-Saudariku sekalian, sekarang kita mulai mengerti duduk persoalannya. Harus diakui bahwa dialek Kejia mirip sekali dengan bahasa Mandarin. Bagi Anda yang sudah dapat berkomunikasi dalam dialek Kejia, tentulah tidak akan kesulitan untuk mengerti bahasa Mandarin. Begitu pula kalau Anda mempelajarai bahasa Mandarin. Beruntunglah Anda yang sedari kecil berkomunikasi dalam dialek Kejia di keluarga Anda.
Dialek yg mirip mandarin
SukaSuka