Kategori
Politik

Di Mana En Safi Kini?


Berhubung sedang awal belajar Mandarin waktu itu, En Safi cukup sibuk. Saya sibuk dengan studi doktoral. Meskipun tinggal pada satu bangunan asrama yang sama, kami jarang ketemu. Masing-masing sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri.

Akan tetapi, setiap kali ketemu, kami merasakan keakraban. Saya tidak tahu persis kenapa bisa begitu. Mungkin saja karena En Safi tahu bahwa saya berasal dari Indonesia. Bisa jadi pula dikarenakan sedikit sekali sesama mahasiswa asing yang sudi bergaul dengannya. Berhubung dia masih tahap sangat awal belajar bahasa Mandarin maka komunikasi di antara kami berdua hanya bisa menggunakan bahasa Inggris.

Umumnya pergaulan di antara mahasiswa-mahasiswi asing sebatas ucapan salam. Laksana mereka yang baru belajar bahasa Inggris sederhana. Yang satu mengucapkan: “How are you?” Satu lagi menjawab: “I am fine. And you?” Ada juga yang berkembang ke arah persahabatan dan bahkan dapat menjadi karib.

Antara saya dengan En Safi, entah masuk kategori yang mana. Kalau hendak dikatakan karib masih sulit juga sih, berhubung sesudah En Safi selesai belajar Mandarin setahun di Nanjing, kami tak pernah berkontak lagi baik dengan telepon maupun email. Kalau dikategorikan persahabatan biasa juga tidak jelas. Yang terasa jelas bagi saya, setiap kali kami bertemu, tak pernah sekedar basa-basi.

Sekitar tahun 2011-2014, saya sudah tidak ingat persis tahun berapa tepatnya. Suatu hari, En Safi berpapasan dengan saya. Dia langsung mengatakan: “Saya mendapatkan kabar hari ini. Paman saya baru saja mati.” Saya tidak tahu harus menjawab apa kepadanya waktu itu. Kami hanya bersalaman walaupun itu bukan pertemuan kami yang pertama.

En Safi segera menyambung cerita kematian pamannya. Di Afghanistan, setiap hari ada saja orang yang tewas. Bisa kena peluru nyasar. Bisa terkena ledakan bom. Yang hendak dia katakan adalah bukan mati karena usia tua dan bukan pula mati karena penyakit yang tak sembuh diobati. Rupa-rupanya paman En Safi mati terkena bom walau dia bukan tentara. Secara singkat harus dikatakan bahwa paman En Safi tewas.

Tentara USA masuk ke Afghanistan pada tahun 2001. Sejak itu sampai akhir-akhir ini masih terus terjadi konflik di dalam negeri. Ada pemerintah yang sah namun masih ada kelompok-kelompok yang menyerang. Amerika mendukung pemerintah yang sah. Atau ada pula orang yang mengatakan USA-lah yang membantu membentuk pemerintah yang sah tersebut.

Campur tangan pihak asing di dalam sebuah negara memang runyam. Berbagai kepentingan bermain di ranah ekonomi, politik dan lainnya. Penduduk negeri sebagian diuntung. Sebagian lagi tentu akan dirugikan. Begitulah situasi dan kondisi di negara Afghanistan masa itu.

Selesai belajar Mandarin setahun di Nanjing, En Safi melanjutkan dengan mengambil studi sarjananya. Saya tidak tahu dia masuk ke kampus mana dan kota mana di Tiongkok. Saya juga tak pernah bertanya dia memilih jurusan apa. Tentunya dia sudah tamat dari pendidikan sarjananya di Tiongkok. Di mana En Safi kini? Apakah En Safi pulang ke negarinya untuk bekerja? Apakah En Safi bekerja di Tiongkok atau negara lain? Entahlah! En Safi, di mana Anda sekarang?

3 replies on “Di Mana En Safi Kini?”

Di antara tahun 2011 – 2014…. Pamannya meninggal. Selesai belajar Mandarin di Nanjing setahun, bukankah hanya di tahun itu saja, kemungkinan berpapasan dengannya terjadi?

Turut prihatin atas kejadian di negeri asalnya En Safi.

Salam sejahtera,
Semoga semua bebas rintangan.

Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan