Kategori
Tidak Dikategorikan

Masa Pandemi, Mysophobia Meningkat


Oleh Hali

Pandemi Corona terjadi pada Maret pertengahan 2020. Wabah dimulai dari Depok, menuju Jakarta dan terus meluas ke seluruh Tanah Air. Masyarakat mulai waspada dan was-was.

Di tengah kondisi sedemikian, ada orang yang menyediakan ember besar yang biasa digunakan untuk cuci pakaian. Ember diisi air sabun, mungkin deterjen. Seluruh obat yang dikirim ke rumahnya dan seluruh sayuran yang baru dibeli, lantas dicuci di dalam ember sabun di depan rumahnya. Setelah itu, barulah obat-obatan dan sayuran-sayuran itu boleh masuk ke dalam rumahnya.

Di satu pihak, tampak hebat dan jitu. Di lain pihak, jelas reponsif berlebihan plus takut berlebeihan. Ampun Deh!

Bapak Ibu Saudara-Saudari sekalian, jelas sekali, itu adalah ketakutan yang berlebihan. Kekuatiran tersebut sudah kelewat ambang batas. Mereka tak memahami karakter dan cara hidup virus. Padahal dunia hidup virus sudah ada di pelajaran biologi SMP dan SMU.

Rupa-rupanya di tengah masa Pandemi Corona ini, jumlah orang yang mengidap Mysophobia meningkat pesat. Bisa juga kita katakan sebenarnya tidak meningkat. Hanya, pada masa aman tak ada pandemi, sebenarnya mereka sudah mengidap Mysophobia. Cuma, tanpa gejala, sejenis OTG begitulah. Barulah setelah terjadi wabah Covid-19, penyakit Mysophobia dapat kita kenali secara kasat mata.

Mereka yang mengeluti dunia psikologis tahu betul kondisi itu. Beginilah persoalan Mysophobia! Orang-orang takut berlebihan terhadap virus, bakteri dan kuman. Ini terkait pula dengan konsep kebersihan yang salah kaprah. Tentunya, pemahaman mereka terhadap penyakit serta kuman juga tak mendasar. Kombinasi dari semua itu mengakibatkan mereka Mysophobia.

Belakangan ini tak terdengar lagi mencuci sayuran dan obat dengan air sabun dalam ember besar. Sekarang Mysophobia telah bermutasi pula. Sedikit-sedikit semprot ini dan semprot itu. Ke mana-mana membawa semprotan. Katanya untuk membasmi kuman.

Sampai disediakan beberapa botol yang khusus. Satu botol untuk semprot uang kembalian. Satu botol khusus semprot tangan. Satu botol lagi khusus semprot pakaian. Mungkin ada pula botol-botol khusus semprot sandal dan sepatu, semprot mobil dan seterusnya dan lain sebagainya.

Waduh, mabok deh persediaan sanitizer-nya. tidak ketolongan bahkan ada yang mengharuskan semprot seluruh badan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kok jadi seperti masuk dan keluar peternakan ayam saja? Ngak salah Lue! Mendingan mandi dan bertukar pakaian, kan sudah beres!

Ini pun adalah gejala-gejala dari Mysophobia. Penggunaan sanitizer itu jelas berlebihan dan kelewat batas. Ampun deh! Mabok kali!

Marilah kita melihat protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah.

Prokes paling utama adalah memakai masker. Kedua, sebisa mungkin menjauhkan diri dari kerumunan. Ketiga, mencuci tangan bahkan mandi bila diperlukan. Protokol kesehatan ini pula yang disyaratkan oleh banyak badan dan lembaga dunia untuk menghadapi Pandemi Corona.

Kita semua tetap harus berwaspada di tengah Pandemi Corona. Kita semua juga tidak perlu terjangkiti penyakit Mysophobia. Jalanilah hidup secara benar dan wajar! Mari saling berjaga dan saling mengingatkan satu sama lain!

3 replies on “Masa Pandemi, Mysophobia Meningkat”

Tinggalkan Balasan