Di sebuah gereja di Jakarta, ada seorang ibu rajin ibadah hari Minggu. Persekutuan komisi wanita juga sering ikut. Sebut saja namanya Ranu.
Suami dari ibu Ranu sudah lama tidak bekerja. Mereka memiliki lima orang anak. Dua anak di antaranya telah selesai dari SMA dan SMK. Dua anak tersebut sudah mulai bekerja dan bisa mendukung sebagian besar kebutuhan keluarga. Ibu Ranu sendiri kadang-kadang menjual kue dan makanan kering.
Ada satu perbuatan yang membuat teman-teman gereja Ibu Ranu agak jengkel. Seringkali ibu Ranu meminjam uang. Alasannya, kebutuhan ini dan kebutuhan itu. Sambil berhutang di berjanji, akan segera menggembalikan.
Setiap kali sesudah meminjam, tidak dikembalikan. Tak ada niat atau upaya untuk melunasi pinjaman. Sudah banyak ibu yang dimintai pinjaman uang oleh Ibu Ranu. Dan selalu tidak dikembali. Ibu-ibu di gereja tersebut sudah paham betul tabiat hutang dari Ibu Ranu.
Di satu pihak mereka ibah dan berbelaskasihan. Di lain pihak mereka jengkel dan marah. Mereka berbisik-bisik di belakang tentang kebiasaan buruk pinjam uang dan tidak bayar ini. Sayang sekali, tiada seorang pun yang mau berterung terang. Tak ada yang berusaha untuk membicarakan hal ini kepadanya. Tak ada yang memperingatkan kebiasaan hutang buruk dari Ibu Ranu.
Bapak Ibu Saudara-Saudariku sekalian, mestinya ada beberapa orang teman segereja Ibu Ranu yang mau berterus terang untuk memperingatkannya. Saya yakin apabila ada orang yang membicarakan hutang piutang kepadanya, ibu Ranu akan dapat sadar.
Bukan itu saja, perlu diberitahu juga bahwa dalam hidup ini sebisa-bisanya tidak pernah berhutang. Jikalau sampai sangat terdesak dan perlu meminjam uang, maka harus ada niat dan usaha untuk menggembalikan hutang. Lebih cepat lunas akan lebih baik!
Kalau tidak, satu per satu orang akan menghindar darimu. Engkau kehilangan integritas. Engkau kehilangan teman. satu per satu orang menghindar dan menjauh darimu. Orang-orang menjadi malas untuk berteman denganmu lagi. kenyataan pahit ini juga yang dialami oleh ibu Ranu
Manusia hutang, oh manusia hutang, segeralah berhenti dari kebiasaan buruk berhutang! Lekas cari jalan keluar dari kebiasaan berhutang! Hidup sederhana itu nyaman dan bahagia apabila tak memiliki hutang.
Kita masih dapat menemukan ibu Ranu lain di sekitar kita. Bukan itu saja, terkadang kita juga bisa menemui atau menemukan “Bapak Ranu.” Kebiasaan buruk berhutang ini jangan dipelihara. Perlu ada teman yang mau berterus terang untuk memperingatkannya. Semoga dia sadar dari kebiasaan buruk itu. Segeralah bebaskan diri dari hutang! Jangan sampai membawa kebiasaan hutang ini ke dalam liang kubur.
Setuju, cuma kadang sulit menyadari diri
SukaSuka