Mengenang Dorothy Irene Marx 2/7

Selama menempuh kuliah teologi di Bandung, penulis menerima mata kuliah dari Ibu Marx nyaris setiap semester. Artinya, tidak ada satu semester pun kami lalui di mana beliau tidak mengajar kami. Dari semester satu hingga semester delapan, ibu Marx selalu mengajar kami. Bermacam mata kuliah kita terima dari ibu Marx. Sebagian besar adalah mata kuliah Sistematika atau Doktrin. Kita juga belajar banyak mata kuliah Tafsiran kitab PL & PB dari beliau. Di luar itu, kita masih mendapatkan mata kuliah Etika & Teologi Modern dari beliau.

Beliau mengajar secara akademik dengan bahan acuan dari buku teks ini & itu. Model pengajarannya bernuansa Eropa. Model Eropa ini mungkin dikarenakan beliau lahir, besar dan menempuh pendidikan di Eropa, yaitu: Jerman, Inggris dan Jerman lagi. Di sela-sela mengajar, terkadang ibu Marx menghadapi pertanyaan-pertanyaan mahasiswa. Beliau memiliki pandangan teologi Injili namun dapat menerima mahasiswa-mahasiswi yang berpandangan teologi lain yang berbeda dengannya.

Bagaimana dengan memberi nilai? Terkadang ada ujian tertulis. Terkadang ada pula menulis makalah. Ada kalanya ujian dan makalah kita diperiksa oleh orang yang beliau tunjuk di mana hasil penilaian dirasakan kurang adil oleh sebagian teman. Mungkin karena orang yang beliau tunjuk kurang menguasai materi. Apabila Ibu Marx sendiri yang menilai ujian dan menilai makalah maka biasanya akan senantiasa berlaku objektif. Pada kenyataannya, lebih banyak ujian dan makalah yang beliau periksa sendiri daripada diserahkan kepada orang lain. Pemeriksaan ujian dan makalah sangat teliti. Catatan kaki pun terkadang diperiksa sampai ke buku acuannya guna memastikan kebenaran mengutip dari buku yang bersangkutan. Itulah seorang Dorothy Irene Marx, D.Theol..